Selasa, 14 November 2017

Tempat Wisata Amarasi Selatan: Batu Braon

Batu Braon atau lebih dikenal masyarakat lokal Buraen disebut Fatu  Braon merupakan salah satu tempat wisata yang sangat indah pemandangannya. Sejak zaman dulu Fatu Braon dijadikan sebagai tempat doa meminta turunnya hujan oleh masyarakat atoni pah meto khusus masyarakat Buraen. Binatang yang disembelih diperkirakan sekitar 10 ekor ayam. Doa dilanjutkan di muara sungai Noekere dengan menyembelih seekor kambing. Cara ini dilakukan sampai sekarang jika masyarakat merindukan turunnya hujan. Doa di Fatu Braon dan muara sungai Noekere hanya dilakukan orang tertentu.

Tempat ini belum dijamah dan ditata sepenuhnya oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Kupang atau pemerintah setempat. 24 km jarak tempuh dari Kupang Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur kita bisa sampai di tempat nanindah ini. Tempat ini jika dikelola secara baik akan menarik banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. 

Dari puncak Braon kita bagaikan di atas pesawat terbang dari Kupang menuju Kota Perbatasan Atambua,  boleh bebas memandang tanpa batas. Pulau Timor sungguh indah nanhijau menepis bahasa miring Kupang daerah tandus nankering kerontang. Dari jauh kita bisa melihat indahnya laut pantai selatan diiringi ombak tinggi berbuih putih nansuci bergulung-gulung yang menantang dengan pasir putih luas memanjang dari barat daya ke utara. Selain itu kita bisa melihat Tanjung Peo dengan pasir putih nanhalus. Kita juga bisa memandang di sebelah barat terdapat radar, dulu bekas benteng orang Nipon  (Jepang) masih menyimpan catatan sejarah yang tidak dilupakan sampai sekarang.

Pantai selatan Amarasi Selatan ke depan mempunyai prospek yang menjanjikan masyarakat lokal karena sementara dikerjakan jalan lingkar selatan dari Kabupaten Malaka sampai dengan Bolok Kabupaten Kupang. Luas jalan raya sekitar 18 - 20 meter. Jalan raya ini bisa digunakan sebagai tempat latihan berkendara roda dua maupun roda empat sambil menikmati indahnya pasir putih pantai selatan yang membentang luas membiru.

Senin, 06 November 2017

Kupang Kota Karang: Pesona Matahari

Fotografer: Stefanus Nautu

Tarian Trandsional orang Amarasi: Kosu


Tarian Kosu merupakan tarian tradisional  orang Amarasi dikenal sejak zaman dulu hingga sekarang. Tarian ini sebagai ungkapan kegembiraan, suka cita keluarga besar mengelilingi mempelai laki-laki dan mempelai perempuan di mana masing-masing penari dengan gaya tari yang khas menjepit sejumlah uang kertas menggunakan lidi kelapa, bambu, sebatang kayu atau peralatan lainnya kemudian dicucuk ke bundel rambut kepala mempelai perempuan. Biasanya jumlah uang bervariasi nilainya. Ada yang menggunakan uang lima ribu rupiah sampai dengan ratusan ribu rupiah. Uang tersebut dijadikan sebagai modal awal bagi keluarga baru untuk membeli berbagai keperluan rumah tangga atau investasi lainnya. Bagi orang Amarasi, tarian kosu dengan ciri khas menari berdiri di tempat menggerakkan tangan mengikuti alunan musik Amarasi sebagai awal pembuka pada acara resepsi pesta pernikahan. Tarian ini mejadi populer baik bagi kalangan muda-muda maupun orang tua.Tarian ini sampai sekarang masih populer dan dikenal seluruh lapisan masyarakat Amarasi. Umumnya mempelai perempuan setelah nikah adat, nikah Gereja dan acara turun fam (marga) wajib ikut mempelai laki-laki membentuk rumah tangga baru di tempat asal mempelai laki-laki.Uang yang dihimpun melalui tarian kosu dapat digunakan di tempat yang baru dimana mereka tinggal.




Soal OSK Ekonomi 2015

Buka soal olimpiade ekonomi tingkat Kabupaten disini: